Kebiasaan Baru Netizen: Scroll Tanpa Henti demi Tren

Era digital melahirkan kebiasaan baru yang sangat melekat pada kehidupan netizen: scroll tanpa henti. Hampir setiap orang yang membuka media sosial atau platform hiburan digital pasti pernah terjebak dalam aktivitas ini. Awalnya hanya ingin melihat satu unggahan, tetapi berakhir dengan berjam-jam scrolling timeline demi mengikuti tren terbaru.

Fenomena ini bukan hanya sekadar gaya berselancar online, melainkan ritual kolektif netizen modern yang punya dampak besar pada perilaku, psikologi, hingga pola konsumsi informasi.


1. Mengapa Scroll Tanpa Henti Jadi Tren?

Alasan utama netizen terus scrolling adalah dorongan untuk selalu up-to-date. Dunia digital bergerak cepat, dan tren bisa berubah hanya dalam hitungan jam. Dengan terus menggulir layar, mereka merasa tetap relevan dan tidak ketinggalan informasi.

Faktor lain adalah desain platform digital. Aplikasi seperti TikTok, Instagram Reels, dan Twitter (X) menggunakan sistem infinite scroll yang membuat pengguna sulit berhenti. Konten baru akan terus bermunculan, mendorong rasa penasaran tanpa ujung.


2. FOMO: Ketakutan Ketinggalan Tren

Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) menjadi salah satu pemicu kuat. Netizen takut ketinggalan gosip artis, isu politik, atau tren hiburan yang sedang viral. Bahkan, beberapa rela begadang hanya untuk memastikan mereka menjadi bagian dari percakapan online yang sedang ramai.

Dalam konteks ini, scrolling tanpa henti tidak hanya soal hiburan, tetapi juga tentang status sosial digital. Siapa yang paling cepat tahu tren, dialah yang dianggap “melek internet”.


3. Scroll sebagai Hiburan Ringan

Bagi banyak orang, scrolling dianggap sebagai hiburan murah. Setelah lelah bekerja atau belajar, membuka media sosial dan menggulir timeline memberi sensasi rileks. Tidak perlu berpikir keras, cukup menikmati konten pendek, meme lucu, atau video viral yang terus berganti.

Namun, justru inilah yang membuatnya candu. Sensasi puas setiap menemukan konten menarik memicu pelepasan dopamin, membuat otak ingin mengulanginya lagi dan lagi.


4. Peran Algoritma dalam Kebiasaan Baru

Algoritma menjadi aktor penting di balik fenomena ini. Ia dirancang untuk menampilkan konten sesuai minat pengguna, sehingga setiap scroll terasa personal dan relevan. Jika seseorang menyukai topik musik, olahraga, atau bahkan istilah populer seperti slot gacor hari ini, algoritma akan menampilkan lebih banyak konten sejenis.

Hasilnya, netizen merasa selalu menemukan hal baru yang sesuai minat, sehingga semakin sulit untuk berhenti scrolling.


5. Dampak Positif dan Negatif

Seperti dua sisi mata uang, kebiasaan scroll tanpa henti memiliki dampak positif dan negatif.

Positifnya:

  • Membantu netizen menemukan tren, ide, dan inspirasi baru.

  • Menjadi sarana hiburan ringan yang mudah diakses.

  • Memperluas wawasan dalam berbagai topik, dari budaya pop hingga isu sosial.

Negatifnya:

  • Menyebabkan kecanduan digital, menghabiskan waktu produktif.

  • Mengganggu pola tidur, terutama saat dilakukan di malam hari.

  • Menurunkan kemampuan konsentrasi karena otak terbiasa dengan konten instan.


6. Mengubah Scroll Jadi Lebih Sehat

Meski sulit dihentikan, kebiasaan ini bisa diarahkan menjadi lebih sehat. Netizen bisa:

  • Membatasi screen time dengan alarm digital.

  • Menggunakan fitur time tracker pada aplikasi.

  • Mengatur waktu khusus untuk scrolling, bukan setiap saat.

  • Memilih konten yang bermanfaat agar scrolling memberi nilai positif.

Dengan langkah ini, fenomena scroll tanpa henti tidak lagi hanya sekadar “membuang waktu”, tetapi bisa jadi cara baru untuk belajar dan terhubung dengan tren.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *